Sejarah Paralayang Sulawesi Tengah Olahraga Paralayang pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Almarhum Dudi Arief Wahyudi salah seorang penggiat alam bebas, tepatnya pada tahun 1990, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Klub Terjun Gunung Merapi di Yogyakarta. Olahraga ini pada awal perkembangannya di sebut olahraga terjun gunung, karena sebagian besar pelakunya adalah para pendaki gunung. Namun pemberian nama tersebut terkesan seram dan ngeri, akhirnya lewat rembuk beberapa pentolannya, tepat pada tanggal 23 mei 1993 nama terjun gunung dirubah menjadi paralayang. Dua tahun setelah diperkenalkannya olahraga ini, komunitasnya semakin bertambah banyak, tidak hanya para pendaki saja tetapi telah melebar ke kalangan umum. Pesatnya perkembangan olahraga ini, melahirkan ide untuk membentuk lembaga yang dapat mengatur segala bentuk kegiatannya. Pada tahun 1994 paralayang resmi masuk ke dalam pembinaan FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) dibawah naungan Pusat Gantolle Indonesia. Namun pada tahun 1996 paralayang berdiri sendiri di bawah bidang Pusat Layang Gantung Indonesia (PLGI). Di usianya yang hampir memasuki 20 tahun telah menjaring anggota lebih dari 1000 orang di seluruh persada nusantara dari Sabang sampai Merauke. (Data PLGI/2009) Propinsi Sulawesi Tengah dengan kontur wilayah pegunungan dan perbukitan, memiliki potensi sangat besar untuk pengembangan olahraga ini. Terbukti pada tahun 1999 klub paralayang merapi memperkenalkan olahraga ini, dengan melakukan pelatihan dasar paralayang di Desa Sibedi kecamatan Marawola. Sebelumnya di tahun yang sama juga telah terbang seorang berkebangsaan Inggris di gunung Matantimali dengan ketinggian 1100 m.dpl. Pelatihan dasar yang dilakukan oleh tim paralayang merapi tersebut diikuti oleh 6 orang peserta yang kemudian menjadi pelopor perkembangan olahraga pemacu adrenalin ini di Sulawesi Tengah dan sekitarnya hingga kini. Pada tahun yang sama pula tepatnya tanggal 08 maret 1999 telah terbentuk klub Paralayang Maleo Palu yang di komandoi Arif Darmawan. Dalam kurun waktu ± 10 tahun, perkembangan olahraga paralayang di Kota Palu dan sekitarnya masih belum mendapat tempat di hati masyarakat, ini dibuktikan dengan jumlah anggota yang terdaftar pada klub maleo yang merupakan satu-satunya klub yang ada di Sulawesi Tengah hingga tulisan ini dibuat masih berjumlah 30 orang, dengan persentase keaktifan latihan hanya 25 persen/minggunya dari seluruh anggota yang ada. (Data Klub Maleo Palu/maret 2009). Pada tahun 2006 telah terbentuk induk organisasi paralayang Sulawesi tengah atau PLGI (pordirga layang gantung Indonesia) yang diketuai oleh FX Murdijanto masa bakti 2006-2010 dan 2011-2015 serta diikuti Perubahan nama PLGI menjadi Fasi Paralayang sejak desember 2009 hingga sekarang Berbagai upaya publikasi telah dilakukan untuk menarik minat masyarakat, mulai dari pembuatan leaflet, pamphlet, pemasangan spanduk, baliho di berbagai sudut jalan, informasi melalui media cetak maupun elektronik (radio, televisi), pameran-pameran telah diikuti, bahkan kerjasama dengan berbagai unsur pemerintah pun telah dilakukan. Upaya-upaya tersebut belum sepenuhnya dapat menarik minat masyarakat untuk menggeluti olahraga ini.
|
||